Senin, 09 Mei 2011

(11) Geliat AHA Mataram

Anak cucu Bapak H.Achmad Hasan (Alm) dan Ibu Siti Khodijjah (Almh) tersebar di berbagai kota di Indonesia. Mulai dari Taliwang, Sumbawa, Mataram, Yogyakarta, Solo, Semarang, Bogor, Jakarta, Palembang, Pekanbaru, hingga Kalimantan. Di masing-masing tempat itu, semangat “Ahsanu Amala” ikut dikembangkan.

Salah satu kota yang sangat aktif mendukung pengembangan Pesantren “AHsanu Amala” (AHA) Taliwang adalah Mataram. Dimotori oleh Bapak Slamet Mawardi-Ibu Nurhasanah dan Bapak Saefuddin Zuhri, mereka giat mengadakan silaturrahmi dan konsolidasi untuk mengembangan program-program pesantren.

Pertemuan AHA Mataram yang pertama dilaksanakan di rumah Bapak Slamet Mawardi Jl. Pantai Sira no. 14 Griya Pagutan Indah Mataram, tanggal 14 Maret 2010. Seluruh anak cucu Achmad Hasan Ali berkumpul di tempat itu. Beberapa kesepakatan dicapai dalam pertemuan itu. Diantaranya adalah : (1) Pertemuan rutin akan dilaksanakan setiap 2 (dua) bulan sekali bertempat di rumah Kekalik , Pagutan dan rumah anggota lainnya (2) Untuk tahap awal seluruh angota telah bersepakat untuk menginfaqkan 1 (satu) ekor ayam kampung untuk mendukung gerakan “1 orang 1 ekor ayam” yang dikoordinir olah Bapak M Tholib..Seluruh ayam yang terkumpul akan dikirim ke Taliwang setelah kandang yang sedang dibikin Ustadz tersedia. (3) Untuk pertemuan yang selanjutnya akan disi dengan pengajian bersama, agar ilmu agama semakin bertambah.

Silaturrahmi, konsolidasi dan pertemuan rutin ke 2 AHA Mataram kemudian digelar kembali, tanggal 13 Mei 2010 di rumah Bapak Saefuddin Zuhri, SPi Jl. Pantai Dadu No. 01 RT 13 BTN Griya Pagutan Indah Mataram. Agendanya masih membahas pengembangan Yayasan dengan program-program yang riil dan segera bisa dirasakan manfaatnya. Gerakan 1 orang 1 ekor ayam tetap berlanjut dan disesuaikan dengan kondisi kebutuhan di AHA Taliwang pusat. AHA mataram mengusulkan agar Ketua Yayasan selalu berkoordinasi dengan Pemda KSB dan masyarakat sekitar terkait dengan upaya membuka akses jalan menuju yayasan guna mempercepat proses pelaksanaan dan pengembangan program kedepan. “AHA Mataram selalu memantau kebutuhan dan kondisi yayaasan serta berpaya untuk mencarikan solusi yang terbaik,” kata ibu Dra Nurhasanah, sekretaris umum Yayasan Achmad Hasan Ali.

Menyambut bulan suci Ramadhan 1431 H, AHA Mataram kembali menggelar pertemuan dan pengajian rutin. Kali ini bertempat di rumah ibu Khairiah Utami, SH, sekaligus Sekretariat AHA Mataram, Jl. Swadaya I / 18 Kekalik Barat- Mataram, Jum’at , 6 Agustus 2010. Selain membahas berbagai program pesantren di Taliwang, pertemuan itu juga diisi oleh Ustadz H Zaenuri Lc, yang memberikan tausiyahnya seputar menyambut bulan suci Ramadhan.

Ustadz Zaenuri menjelaskan bahwa selayaknya kaum muslimin bersuka cita, merasa senang, dan gembira, menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Dijelaskan juga empat (4) golongan yang dirindukan surge, yaitu : orang bisa memelihara lidahnya dari ghibah, fitnah dll, orang yang bisa bersikap dan berprilaku adil, orang yang suka bersedekah ketika lapang maupun sempit dan orang yang berpuasa di bulan suci Ramadhan.

Begitulah AHA Mataram. Terus menggeliat dan bergerak, untuk mempersembahkan amal terbaik.. Ahsanu Amala.

Jumat, 29 April 2011

(10) Belajar Peternakan Kambing Organik di Pesantren Sunan Kalijaga Yogyakarta


Setelah merintis peternakan ayam dengan modal yang dihasilkan dari gerakan “1 orang 1 ekor ayam”, Pesantren Al-Qur’an dan Wirausaha “Ahsanu Amala” mencoba untuk mengembangkan peternakan kambing. Bisnis ini memiliki peluang dan prospek yang cerah.

Di Yogyakarta, terdapat sebuah pesantren Wirausaha yang mengembangkan peternakan kambing. Pesantren Sunan Kalijaga, namanya. Pola budidaya pun tergolong unik. Mereka menyebutnya kambing organik. Hal ini karena makanannya diolah dari bahan-bahan alami yang difermentasikan. Tidak perlu dicarikan rumput segar setiap hari. Tetapi dari bahan-bahan yang tersedia, seperti jerami, jagung, dan lainnya yang diolah dengan cara fermentasi menggunakan air tebu. “Alhamdulillah, hasilnya cepat berkembang,” kata Ustadz Juwari, peternakan kambing Pesantren Sunan Kalijaga.

Mendengar kabar baik ini, segera saja Pengurus Yayasan Achmad Hasan Ali Taliwang memutuskan untuk mengirim salah seorang personel dari Pesantren AHA untuk berguru ke Yogyakarta. Pilihan yang tepat jatuh pada Ustadz Nyarno. Ustadz yang terampil dan menyukai bidang pertanian dan peternakan ini lantas menyambutnya dengan antusias. Kebetulan, Ustadz Nyarno memang punya jadwal pulang kampung ke Wonogiri setiap dua bulan sekali.

Ustadz Nyarno pun diterima untuk magang di peternakan kambing organik itu. Sekitar 1 minggu, berbagai teknik seputar peternakan kambing dipelajarinya dengan cepat. Mulai dari urusan mengolah pakan, pemeliharaan, hingga masalah distribusi dan pemasaran, dibagi secara terbuka oleh para pengelola Pesantren Sunan Kalijaga.

InsyaAllah siap mengembangkan !” kata Ustadz Nyarno usai mengikuti magang di kota gudeg itu. Maka mulailah dirintis peternakan kambing di Pesantren AHA Taliwang. Semoga Allah Ta’ala memberi kelancaran dan keberkahan. 

Senin, 18 April 2011

(9) TPQ Alam Al-Qur’an “Ahsanu Amala”

Bergabungnya Ustadz Firmansyah ke Pesantren Al-Qur’an dan Wirausaha “Ahsanu Amala” memberikan energi yang luar biasa bagi pengelola yang telah ada. Sebagai warga asli Taliwang, keberadaannya menjadi jembatan yang efektif bagi Ustadz Nyarno dan Ustadz Khairul yang datang dari Pulau Jawa untuk berdakwah pada warga lokal.


Tak lama setelah menyatakan bergabung, Ustadz Firman diminta oleh pengurus Yayasan untuk berangkat ke Yogyakarta, Solo dan Jakarta untuk mengikuti serangkaian pelatihan terkait dengan pengembangan pendidikan Islam. Beberapa pelatihan diikutinya, diantaranya adalah : Workshop Jurnalistik, Workshop Pengembangan Kurikulum PAUD, Pelatihan Komputer dan Internet, hingga Manajemen dan Kewirausahaan. Studi banding ke beberapa lembaga pendidikan Islam terkemuka juga dilakukannya. Diantaranya adalah : SDIT Hidayatullah Yogyakarta, TPA Sahabat Qur’an Yogyakarta, TK Bintang Bangsaku Jakarta, Sekolah Alam Indonesia Ciaganjur Jakarta dan TKIT Permata Hati Jakarta. “Diharapkan Ustadz Firman memiliki bekal yang cukup untuk mendirikan sekolah Islam formal di Taliwang, kelak” kata Subhan Afifi, M.Si, Ketua Departemen Pendidikan, Yayasan Achmad Hasan Ali. Penyiapan sumber daya insani yang handal di bidang pendidikan memang merupakan strategi yang dikembangkan yayasan ini.


Sekembalinya Ustadz Firman setelah sekitar 1 bulan menuntut ilmu di kota-kota pendidikan itu, pria lajang penuh semangat ini langsung bergerak. Bersama Ustadz Nyarno dan Ustadz Khairul, ia bergerak cepat mempersiapkan program terbaru pesantren, yaitu mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Alam “Ahsanu Amala”. Konsepnya para santri akan diajak mempelajari ayat-ayat Qauliyah berupa Al-Qur’an dan ayat-ayat Kauniyah berupa alam yang terbentang indah. Para santri cilik itu akan diajak belajar dan bermain dari alam.
Sosialisasi yang dilakukan Ustadz Firman dan kawan dengan cepat meraih simpati dari masyarakat sekitar. Berbondong-bondong mereka mendaftarkan anak-anaknya untuk mengikuti TPQ alam. Sekitar 50 santri terdaftar. Dan mulailah mereka belajar dan bermain, bersama para Ustadz yang sabar dan baik hati.

Jumat, 08 April 2011

(8) Selamat Bergabung di AHA Taliwang

Firmansyah namanya. Biasanya dipanggil Ustadz Firman. Sejak lulus dari Sekolah Tinggi Islam NW di Lombok Timur, pria bertubuh tinggi besar ini memutuskan untuk pulang kampung. Sudah lama dia meninggalkan Taliwang, menuju pulau Lombok. Bertahun-tahun ia menjadi santri di sana. 
 
Setelah kembali ke kampung halamannya, Ustadz Firman langsung terjun di dunia dakwah. Membina masyarakat, dari kalangan bapak-bapak, ibu-ibu hingga anak-anak. “Mengabdi di dunia pendidikan Islam adalah obsesi saya,” katanya suatu saat. “Kalau bisa bikin pesantren atau madrasah,” tambahnya. Ketika ia mendengar di kampungnya sedang dirintis Pesantren Al-Qur’an dan Wirausaha “Ahsanu Amala”, tak terkira girangnya hati. Mungkin inilah jalan yang dicita-citakan selama ini. Ketika ada tawaran untuk bergabung, Ustadz bergelar S.PdI inipun langsung menyatakan kesediaannya tanpa ragu. “Bismillah….InsyaAllah,” katanya.

Selamat bergabung Ustadz !

Rabu, 06 April 2011

(7) Habis Gelap Muncullah Listrik

Selama beberapa bulan sejak datang dari Jawa, Ustadz Nyarno dan Ustadz Khairul merasakan gelap di lokasi pesantren. Untuk penerangan, mereka secara rutin, bergantian menge-charge lampu listrik yang dibawa dari Jogja di rumah penduduk terdekat. 
 
Alhamdulillah setelah beberapa lama, titik terang itu muncul. Bapak Ujang, yang rumahnya relative dekat dari pesantren menawarkan sambungan listrik ke pesantren. “Asal ada kabelnya, InsyaAllah beres,” kata Bapak Agus Bajuri, ketua Yayasan AHA. Setelah woro-woro, kebutuhan itu langsung disambut oleh seorang donator dari Jakarta. Ibu Nuning, yang menaruh simpati pada pesantren yang ingin membangun ekonomi ummat ini langsung menyanggupi untuk menyediakan kabel listrik sepanjang 0,5 km itu. 
 
Kabel pun khusus didatangkan dari Jawa, karena kualitas dan ketersediaan kabel di Taliwang yang kurang memadai. Harganyapun jauh lebih mahal.

Senin, 04 April 2011

(6) Terjun Bebas di Bumi Taliwang

Ustadz Nyarno dan Ustad Khairul berangkat ke Taliwang pada awal 2010. Ini benar-benar terjun bebas, karena keterbatasan sarana dan prasarana yang tersedia. Yang tersedia di lokasi hanya rumah panggung besar, yang selama beberapa bulan sejak pendiriannya kosong. Kondisinya agak memprihatinkan karena tidak terawat. 

Kalau malam, rumah panggung satu-satunya, di daerah persawahan yang sangat luas itu, gelap gulita. Belum ada listrik yang masuk ke sana. Listrik hanya sampai pinggir jalan besar atau kampong-kampung di sekitarnya. Ustadz Khairul sempat tertegun. Dia yang biasa hidup di tengah terang benderang dan gegap gempitanya Jakarta, harus bertemankan gelap dan dingin di lokasi pesantren. Tapi, inilah perjuangan. 

Maka mulailah kedua perintis ini bekerja. Ustadz Nyarno yang memiliki keahlian dalam bidang pertanian dan pertukangan sangat lihai melihat peluang. Lokasi sekitar mulai ditanami berbagai sayuran yang menghasilkan, selain padi yang memang telah lebih dahulu ditanam. Alhamdulillah masyarakat sekitar juga menerima kehadiran kedua Ustadz itu sebagai oase penyejuk. Secara umum pemahaman agama masyarakat sekitar masih terbatas, sehingga sangat memerlukan mereka yang mau dan mampu memberi pencerahan tentang Islam. 

Bulan-bulan pertama digunakan sang perintis ini untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan mempersiapkan sebuah proyek amal shalih : Pesantren Al-Qur’an dan Wirausaha “Ahsanu Amala”.

Minggu, 03 April 2011

(5) Studi Banding AHA Taliwang ke Perwira ABA Klaten

Sebelum Ustadz Nyarno dan Ustadz Khairul diberangkatkan ke Taliwang, keduanya diminta singgah di Yogyakarta. Ustadz Bagus Priyo Sembodo sebagai ketua Dewan Pembina Yayasan AHA dan Subhan Afifi, ketua Departemen Pendidikan, memberikan pembekalan-pembekalan yang diperlukan. 
 
Proyek pertama dari Yayasan Achmad Hasan Ali yang disepakati oleh para pengurusnya adalah perintisan sebuah pondok pesantren. Konsep pesantren yang digagas adalah Pesantren Al-Qur’an dan Wirausaha. Nama yang diambil “Ahsanu Amala”. Inspirasinya dari Qur’an Surat Al-Mulk ayat 2. Setelah mematangkan konsepnya, saatnya untuk belajar dari contoh terbaik.

Maka ditemukanlah nama Pesantren Wirausaha (Perwira) Abdurrahman bin Auf (ABA) Klaten. Pesantren dengan konsep Wirausaha ini telah lebih lama berkiprah. Ada nama Jamil Azzaini, yang dikenal sebagai inspirator suksesmulia, sebagai salah satu penggeraknya. 
 
Maka berangkatlah tim AHA Taliwang yang ada di Yogyakarta (Ustadz Bagus Priyo Sembodo, Ustadz Budi Yuwono dan Subhan Afifi) di tambah dengan Ustadz Nyarno dan Ustadz Khairul untuk menimba ilmu di Perwira ABA. 
 
Diskusi seru sore itu, bersama para pengelola Perwira ABA, semakin menambah semangat. Bahwa wirausaha menjadi pilihan untuk memberdayakan ummat. Perwira ABA sendiri melatih para santrinya untuk menjadi pengusaha handal. Seluruh pembiayaan pesantren yang menggratiskan seluruh santrinya itu juga ditopang oleh hasil usaha, disamping sokongan para donator.

Rabu, 30 Maret 2011

(4) Sang Perintis

Setelah memiliki pusat kegiatan sederhana berupa rumah panggung, pertanyaan berikutnya adalah siapa yang akan menjalankan dan menggerakkan amal shalihnya? Perlu para perintis yang bermental baja, dan hanya berharap surga. Tak terlihat gambaran imbalan duniawi bagi mereka yang mau berperan jadi perintis. Susah juga menemukannya.. Hingga Allah, lagi-lagi, menunjukkan kuasa-Nya.

Adalah Ustadz Muhammad Hamzah Nyarno asli Wonogiri, dan Ustadz Khairul Munasikhin yang menyatakan siap menjadi perintis. “Bismillah,” kata Ustadz Nyarno singkat. Berketetapan hati meninggalkan sementara isteri dan 4 anaknya yang masih kecil-kecil di Wonogiri. “Saya mau berjihad,” kata Ustadz Khairul ketika ditanya bosnya di Jakarta, kenapa koq mau-maunya meninggalkan pekerjaannya yang cukup mapan, beralih ke tempat yang belum pernah dikenalnya itu. 
 
Mereka siap untuk menjadi perintis. Mewujudkan impian bersama, untuk membangun kemuliaan dengan amal terbaik.

Kamis, 24 Maret 2011

(3) Semangat Qurban : Semangat Ahsanu Amala

Berdirinya rumah panggung sebagai “modal awal” perjuangan Yayasan Achmad Hasan Ali berdekatan dengan hari Raya Idul Adha 1430 H. Maka disepakati, hari raya Qurban itu digunakan sebagai hari peresmian berdirinya Yayasan Achmad Hasan Ali : 10 Zulhijjah 1430 H bertepatan dengan 27 November 2009.

Pada hari itu diadakan penyembelihan Qurban 2 ekor sapi di lokasi. Ustadz Bagus Priyo Sembodo yang datang khusus dari Yogyakarta, bersama dengan Ustadz Budi Yuwono, Bapak Muchlis Joko Achmadi dan Subhan Afifi, berkesempatan memberikan tausyiahnya. Ustadz Bagus menyebutkan bahwa Ahsanu Amala adalah amal terbaik yang akan dipersembahkan jika kita telah dipanggil Allah Ta’ala. Cita-cita besar, sangat mungkin tercapai dengan niat yang ikhlas, kerja keras, dan tentu saja ridha Allah. Kedatangan Ustadz Bagus dan rombongan menjadi kisah tersendiri, karena mereka datang menggunakan mobil pribadi Avanza, AB 19874 KE. “Wah ini pengalaman pertama, menyeberangi 3 selat sekaligus,” kata Ustadz Budi Yuwono yang hobi memotret dan jago disain grafis itu. 

Kesempatan berharga itu sekaligus digunakan untuk melakukan konsolidasi. Rapat Kerja Nasional pertama pun digelar. Kebetulan saat itu perwakilan AHA dari berbagai kota berkesempatan hadir, diantaranya : Dra Hj Nani Arifah (Jakarta), Muchlis Joko Achmadi SH (Solo), Subhan Afifi (Yogyakarta), Khairiah Utami SH, Dra Nurhasanah, dan Saefuddin Zuhri SPo (Mataram), Sofyan Achmad S.Pi (Sumbawa), serta Drs Agus Bajuri MM bersama seluruh crewnya yang berada di Taliwang. Disepakatilah berbagai program kerja untuk dilakukan.

Niat telah dicanangkan, kerja cerdas harus segera dilakukan. Semangat Qurban menjadi penggeraknya. Semangat untuk membangun kemuliaan dengan amal terbaik…Ahsanu Amala.

Surat dari Bogor...

Bapak Budi Arifin, salah seorang pendiri Yayasan Achmad Hasan Ali (AHA) Taliwang, yang bertempat tinggal di Bogor menuliskan surat elektroniknya untuk memberikan dukungan dan apresiasi atas program-program AHA. Buat para Ustadz dan santri di pesantren "Ahsanu Amala" Taliwang, dan segenap penggiat AHA di berbagai kota, tentu isi surat ini bisa memberi motivasi dan inspirasi. Berikut kutipannya :

Dear All,

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah mempertemukan kita semua sehingga dapat saling berkomuniksi via Blog ini.

Acungan jempol buat pemrakarsa pengadaan media komunikasi ini dengan tujuan utama " Ahsanu 'Amala ", semoga impian mulia itu segera menjadi kenyataan. Sesuatu yang besar sudah barang tentu dimulai dari hal - hal yang kecil.

Membangun kualitas SDM adalah sangat perioritas baik u/ scope Intellegent Quotient ( IQ ) maupun Spiritual Quaotient ( SQ ) yang sudah tertuang dalam Visi, Misi, Target dan ; Program - Pogram yang akan dijalankan oleh AHA Taliwang. Salah satu yang dapat membuat suatu negara menjadi kuat adalah kualitas Sumber Daya Manusianya.

Saran saya agar AHA Taliwang lebih cepat mencapai tujuannya, disamping publikasi via web yang gencar, perlu juga coba - coba u/ menghubungi Kick Andy di Metro TV, mudah - mudahan Allah akan menyegerakan jalan menuju cita - cita AHA Taliwang yang Mulia tersebut. Melalui Kick Andy, mudah - mudahan terbuka satu jalan mengundang para donatur berpartisipasi.

Sumbangsih sebutir pasirpun dari siapapun dan dalam bentuk apapun perlu ditatap dengan ke dua belah mata dan jangan pernah mengabaikan mereka sehingga benar - benar tercermin bahwa perjuangan AHA Taliwang adalah perjuangan dengan hati.
Oh .... ya untuk menampung sumbangsih yang kecil - kecil dalam bentuk apapun ( misalnya buku - buku untuk perpustakaan, artikel, uang dll ) dialamatkan ke mana ... ya ?

Terima kasih yang tak terhingga buat Om Han yang telah menginformasikan adanya Blog ini. Mudah - mudahan jalinan komunikasi dan sumbang saran akan terus mengalir dari Bogor.

Suatu waktu, bila timingnya pas .... boleh juga tuh ..... diadakan meeting AHA Taliwang di Graha Indah Bogor, semoga setiap meetingnya benar - benar menghasilkan butir - butir bermakna yang real dengan aplikasinya, aaaamiiinnnnnnn.
Teriring salam buat seluruh keluarga baik yang ada di Lombok maupun yang ada di sumbawa.

Sukses selalu buat semua ...... ya !
Salam,

Budi Arifin dan Keluarga

Selasa, 22 Maret 2011

(2) Rumah Panggung Itu...

Tanpa berfikir panjang lagi, para penggagas Yayasan Achmad Hasan Ali, berfikir keras bagaimana cara cepat merealisasikan ide mulia itu, tanpa ragu lagi. Hal pertama yang hendaknya diwujudkan adalah bagaimana mengusahakan berdirinya sebuah bangunan, apapun bentuknya, sebagai modal awal untuk berjuang. Terinspirasi dengan ide awal Rasululloh dan para sahabatnya yang berhijrah ke Madinah. Membangun masjid sebagai pusat kegiatan dakwah

Bapak Agus Bajuri yang diamanahi sejak awal sebagai ketua Yayasan diberikan tugas untuk mengorganisir rencana itu. Bendahara Yayasan, Ibu Khoiriah Utami yang tinggal di Mataram, datang khusus ke Taliwang untuk memperkuat tim yang sudah ada di Taliwang. Modal awal yang tidak seberapa ingin diwujudkan dalam bentuk bangunan. Lokasinya pun nun jauh di tengah sawah, tanpa ada jalan masuk. 
 
Maka muncullah ide untuk membeli rumah panggung, dan memindahkannya ke lokasi tanah wakaf itu. Rumah panggung memang rumah khas dan tradisional Taliwang. Banyak warga yang mulai beralih ke rumah batu yang lebih permanen. Setelah mencari-cari sekian lama, Allah Ta’ala berkenan untuk menunjukkan para penggagas Yayasan Achmad Hasan Ali, ke sebuah rumah panggung di atas bukit yang hendak dijual oleh pemilikinya. Dari beberapa alternatif, rumah itulah yang paling besar dan murah. 
 
Dengan bersegera, dimulailah proyek “memindahkan” rumah dari atas bukit ke tengah sawah itu. Alhamdulillah, musim kemarau sedang terik-teriknya. Sawah-sawah mengering, tak ada yang bisa ditanam. Para warga dan petani di sekitar lokasi diminta kerelaannya untuk membuka akses jalan sementara, untuk bisa dilewati truck yang mengangkut rumah panggung itu. Alhamdulillah, berhasil juga proyek yang di awal seperti tak mungkin itu. 
 
Maka berdirilah Rumah Panggung sederhana yang diniatkan menjadi pusat kegiatan Yayasan Achmad Hasan Ali. Sekaligus difungsikan sebagai masjid pertama di kawasan persawahan itu. Warga Telaga Bertong memberikan bantuan luar biasa. Seolah mereka ingin berkata : “Ini pesantren kita, ini amal shalih kita..” InsyaAllah.

Kamis, 17 Maret 2011

(1) Tak Ada Yang Tak Mungkin, Bi Iznillah...

Keberadaan Pesantren Al-Qur’an dan Wirausaha “Ahsanu Amala” saat ini, dimulai dari sebuah keyakinan, bahwa tak ada yang tak mungkin dengan izin Allah Ta’ala, bi Iznillah…. Sebenarnya gagasan untuk membuat Yayasan sebagai wadah amal shalih oleh putera-puteri dan cucu-cucu H.Achmad Hasan (Alm) dan Siti Khodijjah (Almh) telah diwacanakan sejak lama. Setelah keduanya wafat pada tahun 1998 dan 2007. Tapi karena banyak hal, ide mulia itu belum terwujud.

Baru pada tahun 2009 gagasan ini mulai mengemuka kembali. Saat itu beberapa putera H.Achmad Hasan (Alm), yaitu : Sofyan Achmad, Agus Bajuri, Saefuddin Zuhri dan Subhan Afifi diminta untuk segera mewujudkan gagasan lama itu dengan berkunjung ke Taliwang. Subhan Afifi yang tinggal di Yogyakarta mengajak serta Ustadz Bagus Priyo Sembodo ketika melihat pertama kali lokasi tanah wakaf itu. Sang Ustadz diharapkan dapat memberikan masukan berharga terkait rencana akan diapakan tanah wakaf itu.

Tanah wakaf itu ternyata sungguh indah.. berada di tengah areal persawahan yang menghijau. Belum ada akses jalan ke sana. Hanya ada jalan setapak yang biasa dilewati para petani. “SubhanaAllah… ini bagus sekali untuk lokasi pesantren, tapi bagaimana cara membawa material jika kita akan membangun…” kata salah seorang yang ikut meninjau lokasi pertama kali. “Gampang…..nanti mobil atau track akan lewat pematang ini…” sambung salah seorang warga Taliwang yang ikut serta. “Gampang…!” atau “Ode” (kecilll !) memang menjadi kosa kata yang sangat sering diucapkan oleh warga Taliwang untuk membesarkan hati bahwa setiap persoalan ini hakekatnya mudah saja. Pasti ada jalan keluarnya.

Jalan setapak menuju Aha

Hingga saat meninjau pertama kali itu, belum terfikir memang, bagaimana cara mewujudkan cita-cita besar itu. Selain ada keyakinan yang semakin mantap, bahwa tak ada yang tak mungkin, dengan izin Allah Ta’ala…

Survei lokasi sembari berfoto

Selasa, 15 Maret 2011

Kumpulan 'Suhuf' : Dari Kemarin Hingga Hari Ini

Dua tahun sudah Aha Taliwang berdiri. Masih muda memang. Namun dalam kurun waktu tersebut, banyak kisah menarik yang sayang untuk dilewatkan. Namanya juga perintisan. Ingin rasanya kami membaginya di sini.

Sebetulnya kisah-kisah itu telah dibuatkan tulisannya oleh Dr. Subhan Afifi, anggota Dewan Pendiri. Mulai dari tulisan berjudul Rumah Panggung Itu yang merupakan sejarah berdirinya bangunan pusat aktivitas Aha Taliwang, Sang Perintis, tentang ustadz-ustadz perintis yang rela meninggalkan tanah Jawa demi memajukan pendidikan di Taliwang, hingga Geliat AHA Mataram tentang hidupnya semangat di dapur yayasan.

Hanya saja, tulisan tersebut tak kunjung beredar hingga kehilangan momennya. Sayang rasanya bila tulisan itu dibiarkan tersimpan di komputer. Ada potensi manfaat yang tersia-siakan.

Oleh karena itu, dalam rangka memperingati dua tahun berdirinya Aha Taliwang sekaligus Rakernas 2, kami akan mengangkat kisah-kisah tersebut selama beberapa hari ke depan, insya Allah.


Depkominfo Aha Taliwang

Senin, 14 Maret 2011

Foto Kegiatan TPQ Alam

Di sela-sela Rakernas 2, beberapa pengurus menyempatkan diri untuk ikut dalam kegiatan TPQ Alam. Berikut ini kami sajikan sebagian dokumentasinya.


(1) Kegiatan pendidikan di luar kelas.
Belakang : Rumah panggung sebagai pusat kegiatan

(2) Para santri berpose riang di dalam kelas


(3) Seorang santri latihan tampil di depan teman-temannya

Selasa, 08 Maret 2011

Fastabiqul Khairat dalam Lelang Keramik, MAU?

Sebagai salah satu rangkaian Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2 Yayasan AHA Taliwang, pada tanggal 12 Februari 2011 di Pesantren AHA diadakan lelang penggalangan dana untuk memasang keramik di bawah rumah panggung yang menjadi pusat kegiatan AHA sekarang. Ruang bawah itu nantinya akan digunakan sebagai tempat belajar santri TPQ dan TK Alam yang segera akan dibuka.

“InsyaAllah saya 40 kotak keramik,” kata H. Arfandi, anggota Dewan Pembina Yayasan AHA yang jauh-jauh datang dari Mataram, mengawali ketika acara lelang itu dibuka. Lelang ini dimaksud untuk ber-fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan, untuk segera merealisasikan pemasangan keramik itu. Bentuknya berupa bahan material bangunan atau uang tunai seharga material tersebut. Untuk proyek sederhana ini diperlukan sekitar 80 kotak keramik (@ Rp50.000), 25 zak semen (@Rp.60.000), pasir 2 truck + biaya angkut (@Rp.500.000). Belum termasuk ongkos tenaga kerjanya.

Setelah diawali H. Arfan maka berlomba-lombalah mereka yang hadir saat itu untuk mengambil bagian dalam proyek amal shalih investasi akhirat itu. “Saya 4 Zak semen,” kata seseorang. “Saya senilai Rp.500.000,” sahut yang lain. “Saya InsyaAllah 1 truck pasir,” ujar yang disebelahnya. Begitulah semangat ber-fastabiqul khairat tumbuh pada acara itu. Berbagai proyek kebaikan di AHA Taliwang memang diusahakan untuk di gotong bersama-sama, agar semua merasa memiliki. Kesempatan untuk beramal pun terbuka untuk siapa saja. Saat ini proyek pemasangan keramik itu sudah dimulai, tapi ternyata, belum semua kebutuhan terpenuhi. Masih terbuka peluang lebar untuk berkontribusi. MAU ?

Senin, 07 Maret 2011

Rakernas 2 AHA Taliwang

Bertempat di kampus Pesantren Al-Qur'an dan Wirausaha "Ahsanu Amala", kampung Telaga Baru Taliwang, 12-13 Februari 2011, Yayasan AHA Taliwang menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-2. Rakernas dihadiri oleh para pengurus yang tersebar di berbagai kota yaitu Jakarta, Yogyakarta, Mataram dan Taliwang sendiri.

Beberapa perwakilan AHA dari beberapa kota tampak hadir seperti : Dra Hj Nani Arifah (Jakarta), Dr.Subhan Afifi (Yogyakarta), Saefuddin Zuhri dan H. Arfandi (Mataram). Para pengelola Yayasan AHA yang berdomisili di Taliwang, hingga para tokoh masyarakat dan warga sekitar juga ikut memeriahkan acara yang direncanakan berlangsung setiap tahun itu.

Rakernas yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum AHA Taliwang, Drs Agus Bajuri MM, memiliki agenda penting berupa evaluasi program kerja 2010 dan perencanaan program 2011. Dalam laporannya, Pimpinan Pesantren Al-Qur'an dan Wirausaha "Ahsanu Amala", Ustadz Muhammad Hamzah Nyarno, memaparkan kemajuannya yang dicapai lembaga yang dipimpinnya. "Alhamdulillah program-program pesantren baik yang terkait dengan diniyah maupun wirausaha, berjalan lancar dengan izin Allah Ta'ala," katanya. Diantara program-program yang telah dijalankan adalah : Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) Alam "Ahsanu Amala", Kajian Ahad Sore (KAS), hingga beberapa unit usaha seperti Peternakan Ayam, Kambing dan Sapi. "Walaupun masih berjalan tertatih-tertatih, tetapi apa yang dicapai sangat luar biasa, dibanding ketika kami pertama kali ke sini," kata Ustadz Nyarno.

Untuk Program tahun 2011, disepakati beberapa hal, seperti : pembukaan akses jalan ke pesantren, pendirian TK Alam Al-Qur'an, dan pembangunan lokasi pesantren berupa pemasangan keramik. Pada kesempatan itu diadakan juga "Lelang Pemasangan Keramik" berupa penggalangan dana spontan dari kaum muslim yang hadir. Alhamdulillah, dana pun mengucur..

Sebagai rangkaian acara Rakernas, diselenggarakan pula Sosialisasi Pendirian TK Alam Alqur'an "Ahsanu Amala" untuk masyarakat Taliwang. Dalam kesempatan itu ditampilkan kebolehan para santri TPQ "Ahsanu Amala" dalam berdo'a, mengaji, hingga Tahfidz Qur'an. "Kami bangga dan terharu dengan penampilan anak-anak itu" ujar seorang yang hadir. Pembinaan keagamaan untuk anak-anak di sekitar Telaga Baru Taliwang memang dirasakan masih kurang, sehingga keberadaan pesantren sangat dinantikan didukung oleh masyarakat.

Seluruh rangkaian Rakernas ditutup dengan do'a dan komitmen untuk bekerja lebih keras lagi. Agar "Membangun Kemuliaan dengan Amal Terbaik" segera terwujud ...Amin Ya Rabb...(**)

Selasa, 01 Maret 2011

Obsesi

Tentu kita sering mendengar kisah-kisah obsesif orang Barat. Ada kisah sepasang suami istri ilmuwan yang sangat berobsesi terhadap sejenis burung. Mereka memelihara puluhan ekor burung di dalam rumahnya, bukan di dalam sangkar, tapi membiarkannya lepas dan bebas terbang di dalam rumah. Mereka pun terbiasa makan malamnya terganggu karena harus berbagi dengan hewan tersebut. Setiap hari mereka melakukan rutinitas meneliti hewan itu. Dana yang dikeluarkan untuk menghidupi hewan tersebut tidak sedikit. Demikian mereka lakukan karena kecintaannya pada obyek penelitiannya. Mereka bekerja menuruti obsesinya, sehingga dapat mencintai pekerjaannya.

Obsesi memberi daya dorong yang kuat kepada pemiliknya untuk terus berprestasi. Alangkah beruntungnya orang yang memiliki obsesi kuat. Terlebih bila obsesi tersebut lahir karena alasan keluhuran. Misalnya,

1. Obsesi yang kuat dari seorang ustadz muda penghafal Quran. Ia rutin menambah hafalan (ziyadah) ba’da subuh dan mengulang hafalan (muroja’ah) di sore hari, setiap hari, serta setoran sesuai jadwal. Begitu kuat obsesinya sampai-sampai ia turun dari motor dan membuka mushaf karena terlupa ketika sedang muroja’ah di atas sepeda motor yang dipacunya di jalan raya. Dan ia pun berhasil hafal 30 juz. (Cerita nyata)

2. Obsesi juga yang mendorong seorang bapak-bapak karyawan sebuah perusahaan di Bandung untuk menghafal Al Quran hingga tuntas 30 juz. Tak lama setelah tuntas, ia dipromosikan menjadi manajer di Sumatera. Usianya yang tidak muda dan kesibukannya padat tentu bisa jadi penghambat. Tapi ia bisa. (Juga cerita nyata)

3. Mungkin Anda punya contoh lain? Mungkin Anda punya cerita tentang seorang pendidik yang rela menyeberang pulau blusukan ke dusun-dusun demi membangun sekolah murah berkualitas, dengan alasan, pendidikan adalah obsesinya. Atau mahasiswa yang berjuang keras agar dapat kuliah di negara yang sektor pendidikannya maju, karena ingin memajukan iptek di negerinya selepas lulus nanti. Atau orang tua yang berupaya keras meluangkan waktu dan kadang mengorbankan obsesi karirnya agar anaknya menjadi soleh dan berkarakter.

Mari berobsesi. Sambil terus berintrospeksi, sudah luhurkah alasan obsesi kita. (**by Ery Adityo)