Ustadz Nyarno dan Ustad Khairul berangkat ke Taliwang pada awal 2010. Ini benar-benar terjun bebas, karena keterbatasan sarana dan prasarana yang tersedia. Yang tersedia di lokasi hanya rumah panggung besar, yang selama beberapa bulan sejak pendiriannya kosong. Kondisinya agak memprihatinkan karena tidak terawat.
Kalau malam, rumah panggung satu-satunya, di daerah persawahan yang sangat luas itu, gelap gulita. Belum ada listrik yang masuk ke sana. Listrik hanya sampai pinggir jalan besar atau kampong-kampung di sekitarnya. Ustadz Khairul sempat tertegun. Dia yang biasa hidup di tengah terang benderang dan gegap gempitanya Jakarta, harus bertemankan gelap dan dingin di lokasi pesantren. Tapi, inilah perjuangan.
Maka mulailah kedua perintis ini bekerja. Ustadz Nyarno yang memiliki keahlian dalam bidang pertanian dan pertukangan sangat lihai melihat peluang. Lokasi sekitar mulai ditanami berbagai sayuran yang menghasilkan, selain padi yang memang telah lebih dahulu ditanam. Alhamdulillah masyarakat sekitar juga menerima kehadiran kedua Ustadz itu sebagai oase penyejuk. Secara umum pemahaman agama masyarakat sekitar masih terbatas, sehingga sangat memerlukan mereka yang mau dan mampu memberi pencerahan tentang Islam.
Bulan-bulan pertama digunakan sang perintis ini untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan mempersiapkan sebuah proyek amal shalih : Pesantren Al-Qur’an dan Wirausaha “Ahsanu Amala”.
0 komentar:
Posting Komentar