Jumat, 29 April 2011

(10) Belajar Peternakan Kambing Organik di Pesantren Sunan Kalijaga Yogyakarta


Setelah merintis peternakan ayam dengan modal yang dihasilkan dari gerakan “1 orang 1 ekor ayam”, Pesantren Al-Qur’an dan Wirausaha “Ahsanu Amala” mencoba untuk mengembangkan peternakan kambing. Bisnis ini memiliki peluang dan prospek yang cerah.

Di Yogyakarta, terdapat sebuah pesantren Wirausaha yang mengembangkan peternakan kambing. Pesantren Sunan Kalijaga, namanya. Pola budidaya pun tergolong unik. Mereka menyebutnya kambing organik. Hal ini karena makanannya diolah dari bahan-bahan alami yang difermentasikan. Tidak perlu dicarikan rumput segar setiap hari. Tetapi dari bahan-bahan yang tersedia, seperti jerami, jagung, dan lainnya yang diolah dengan cara fermentasi menggunakan air tebu. “Alhamdulillah, hasilnya cepat berkembang,” kata Ustadz Juwari, peternakan kambing Pesantren Sunan Kalijaga.

Mendengar kabar baik ini, segera saja Pengurus Yayasan Achmad Hasan Ali Taliwang memutuskan untuk mengirim salah seorang personel dari Pesantren AHA untuk berguru ke Yogyakarta. Pilihan yang tepat jatuh pada Ustadz Nyarno. Ustadz yang terampil dan menyukai bidang pertanian dan peternakan ini lantas menyambutnya dengan antusias. Kebetulan, Ustadz Nyarno memang punya jadwal pulang kampung ke Wonogiri setiap dua bulan sekali.

Ustadz Nyarno pun diterima untuk magang di peternakan kambing organik itu. Sekitar 1 minggu, berbagai teknik seputar peternakan kambing dipelajarinya dengan cepat. Mulai dari urusan mengolah pakan, pemeliharaan, hingga masalah distribusi dan pemasaran, dibagi secara terbuka oleh para pengelola Pesantren Sunan Kalijaga.

InsyaAllah siap mengembangkan !” kata Ustadz Nyarno usai mengikuti magang di kota gudeg itu. Maka mulailah dirintis peternakan kambing di Pesantren AHA Taliwang. Semoga Allah Ta’ala memberi kelancaran dan keberkahan. 

Senin, 18 April 2011

(9) TPQ Alam Al-Qur’an “Ahsanu Amala”

Bergabungnya Ustadz Firmansyah ke Pesantren Al-Qur’an dan Wirausaha “Ahsanu Amala” memberikan energi yang luar biasa bagi pengelola yang telah ada. Sebagai warga asli Taliwang, keberadaannya menjadi jembatan yang efektif bagi Ustadz Nyarno dan Ustadz Khairul yang datang dari Pulau Jawa untuk berdakwah pada warga lokal.


Tak lama setelah menyatakan bergabung, Ustadz Firman diminta oleh pengurus Yayasan untuk berangkat ke Yogyakarta, Solo dan Jakarta untuk mengikuti serangkaian pelatihan terkait dengan pengembangan pendidikan Islam. Beberapa pelatihan diikutinya, diantaranya adalah : Workshop Jurnalistik, Workshop Pengembangan Kurikulum PAUD, Pelatihan Komputer dan Internet, hingga Manajemen dan Kewirausahaan. Studi banding ke beberapa lembaga pendidikan Islam terkemuka juga dilakukannya. Diantaranya adalah : SDIT Hidayatullah Yogyakarta, TPA Sahabat Qur’an Yogyakarta, TK Bintang Bangsaku Jakarta, Sekolah Alam Indonesia Ciaganjur Jakarta dan TKIT Permata Hati Jakarta. “Diharapkan Ustadz Firman memiliki bekal yang cukup untuk mendirikan sekolah Islam formal di Taliwang, kelak” kata Subhan Afifi, M.Si, Ketua Departemen Pendidikan, Yayasan Achmad Hasan Ali. Penyiapan sumber daya insani yang handal di bidang pendidikan memang merupakan strategi yang dikembangkan yayasan ini.


Sekembalinya Ustadz Firman setelah sekitar 1 bulan menuntut ilmu di kota-kota pendidikan itu, pria lajang penuh semangat ini langsung bergerak. Bersama Ustadz Nyarno dan Ustadz Khairul, ia bergerak cepat mempersiapkan program terbaru pesantren, yaitu mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Alam “Ahsanu Amala”. Konsepnya para santri akan diajak mempelajari ayat-ayat Qauliyah berupa Al-Qur’an dan ayat-ayat Kauniyah berupa alam yang terbentang indah. Para santri cilik itu akan diajak belajar dan bermain dari alam.
Sosialisasi yang dilakukan Ustadz Firman dan kawan dengan cepat meraih simpati dari masyarakat sekitar. Berbondong-bondong mereka mendaftarkan anak-anaknya untuk mengikuti TPQ alam. Sekitar 50 santri terdaftar. Dan mulailah mereka belajar dan bermain, bersama para Ustadz yang sabar dan baik hati.

Jumat, 08 April 2011

(8) Selamat Bergabung di AHA Taliwang

Firmansyah namanya. Biasanya dipanggil Ustadz Firman. Sejak lulus dari Sekolah Tinggi Islam NW di Lombok Timur, pria bertubuh tinggi besar ini memutuskan untuk pulang kampung. Sudah lama dia meninggalkan Taliwang, menuju pulau Lombok. Bertahun-tahun ia menjadi santri di sana. 
 
Setelah kembali ke kampung halamannya, Ustadz Firman langsung terjun di dunia dakwah. Membina masyarakat, dari kalangan bapak-bapak, ibu-ibu hingga anak-anak. “Mengabdi di dunia pendidikan Islam adalah obsesi saya,” katanya suatu saat. “Kalau bisa bikin pesantren atau madrasah,” tambahnya. Ketika ia mendengar di kampungnya sedang dirintis Pesantren Al-Qur’an dan Wirausaha “Ahsanu Amala”, tak terkira girangnya hati. Mungkin inilah jalan yang dicita-citakan selama ini. Ketika ada tawaran untuk bergabung, Ustadz bergelar S.PdI inipun langsung menyatakan kesediaannya tanpa ragu. “Bismillah….InsyaAllah,” katanya.

Selamat bergabung Ustadz !

Rabu, 06 April 2011

(7) Habis Gelap Muncullah Listrik

Selama beberapa bulan sejak datang dari Jawa, Ustadz Nyarno dan Ustadz Khairul merasakan gelap di lokasi pesantren. Untuk penerangan, mereka secara rutin, bergantian menge-charge lampu listrik yang dibawa dari Jogja di rumah penduduk terdekat. 
 
Alhamdulillah setelah beberapa lama, titik terang itu muncul. Bapak Ujang, yang rumahnya relative dekat dari pesantren menawarkan sambungan listrik ke pesantren. “Asal ada kabelnya, InsyaAllah beres,” kata Bapak Agus Bajuri, ketua Yayasan AHA. Setelah woro-woro, kebutuhan itu langsung disambut oleh seorang donator dari Jakarta. Ibu Nuning, yang menaruh simpati pada pesantren yang ingin membangun ekonomi ummat ini langsung menyanggupi untuk menyediakan kabel listrik sepanjang 0,5 km itu. 
 
Kabel pun khusus didatangkan dari Jawa, karena kualitas dan ketersediaan kabel di Taliwang yang kurang memadai. Harganyapun jauh lebih mahal.

Senin, 04 April 2011

(6) Terjun Bebas di Bumi Taliwang

Ustadz Nyarno dan Ustad Khairul berangkat ke Taliwang pada awal 2010. Ini benar-benar terjun bebas, karena keterbatasan sarana dan prasarana yang tersedia. Yang tersedia di lokasi hanya rumah panggung besar, yang selama beberapa bulan sejak pendiriannya kosong. Kondisinya agak memprihatinkan karena tidak terawat. 

Kalau malam, rumah panggung satu-satunya, di daerah persawahan yang sangat luas itu, gelap gulita. Belum ada listrik yang masuk ke sana. Listrik hanya sampai pinggir jalan besar atau kampong-kampung di sekitarnya. Ustadz Khairul sempat tertegun. Dia yang biasa hidup di tengah terang benderang dan gegap gempitanya Jakarta, harus bertemankan gelap dan dingin di lokasi pesantren. Tapi, inilah perjuangan. 

Maka mulailah kedua perintis ini bekerja. Ustadz Nyarno yang memiliki keahlian dalam bidang pertanian dan pertukangan sangat lihai melihat peluang. Lokasi sekitar mulai ditanami berbagai sayuran yang menghasilkan, selain padi yang memang telah lebih dahulu ditanam. Alhamdulillah masyarakat sekitar juga menerima kehadiran kedua Ustadz itu sebagai oase penyejuk. Secara umum pemahaman agama masyarakat sekitar masih terbatas, sehingga sangat memerlukan mereka yang mau dan mampu memberi pencerahan tentang Islam. 

Bulan-bulan pertama digunakan sang perintis ini untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan mempersiapkan sebuah proyek amal shalih : Pesantren Al-Qur’an dan Wirausaha “Ahsanu Amala”.

Minggu, 03 April 2011

(5) Studi Banding AHA Taliwang ke Perwira ABA Klaten

Sebelum Ustadz Nyarno dan Ustadz Khairul diberangkatkan ke Taliwang, keduanya diminta singgah di Yogyakarta. Ustadz Bagus Priyo Sembodo sebagai ketua Dewan Pembina Yayasan AHA dan Subhan Afifi, ketua Departemen Pendidikan, memberikan pembekalan-pembekalan yang diperlukan. 
 
Proyek pertama dari Yayasan Achmad Hasan Ali yang disepakati oleh para pengurusnya adalah perintisan sebuah pondok pesantren. Konsep pesantren yang digagas adalah Pesantren Al-Qur’an dan Wirausaha. Nama yang diambil “Ahsanu Amala”. Inspirasinya dari Qur’an Surat Al-Mulk ayat 2. Setelah mematangkan konsepnya, saatnya untuk belajar dari contoh terbaik.

Maka ditemukanlah nama Pesantren Wirausaha (Perwira) Abdurrahman bin Auf (ABA) Klaten. Pesantren dengan konsep Wirausaha ini telah lebih lama berkiprah. Ada nama Jamil Azzaini, yang dikenal sebagai inspirator suksesmulia, sebagai salah satu penggeraknya. 
 
Maka berangkatlah tim AHA Taliwang yang ada di Yogyakarta (Ustadz Bagus Priyo Sembodo, Ustadz Budi Yuwono dan Subhan Afifi) di tambah dengan Ustadz Nyarno dan Ustadz Khairul untuk menimba ilmu di Perwira ABA. 
 
Diskusi seru sore itu, bersama para pengelola Perwira ABA, semakin menambah semangat. Bahwa wirausaha menjadi pilihan untuk memberdayakan ummat. Perwira ABA sendiri melatih para santrinya untuk menjadi pengusaha handal. Seluruh pembiayaan pesantren yang menggratiskan seluruh santrinya itu juga ditopang oleh hasil usaha, disamping sokongan para donator.