Saya Firmansyah, warga asli Taliwang. Sejak menyelesaikan studi S1 saya di NW Lombok Timur, saya berketetapan hati untuk kembali ke kampung halaman. Cita-cita saya 1 saja, ingin membangun sebuah pondok pesantren atau sekolah Islam.
Ternyata, tidak lama setelah lulus, saya mendengar di kampung saya, Telaga Baru Taliwang, telah dirintis sebuah pondok pesantren yang menurut saya konsepnya bagus sekali. Belajar Al-Qur'an dan ilmu dien lainnya, tapi juga mempersiapkan santrinya untuk wirausaha. Saya pun jadi sering bertandang ke lokasi pesantren yang tidak jauh dari rumah saya. Menemui Ustadz Nyarno dan Ustadz Khairul, yang memang jauh-jauh datang dari Jawa untuk merintis pesantren itu.
Suatu pagi saya sedang di pesantren, salah seorang pengurus Yayasan Achmad Hasan Ali, Bapak Subhan Afifi, menelpon saya. Beliau menawarkan kesempatan yang luar biasa, apakah mau bergabung dan berjuang bersama di AHA Taliwang. Tanpa ragu saya katakan Ya..InsyaAllah. Inilah mungkin jalan yang ditunjukkan Allah Ta'ala untuk saya. Seperti yang saya cita-citakan.
Tanpa ragu pula saya nyatakan kesiapan saya untuk langsung meluncur ke Jogja seperti yang diminta Pak Subhan. Agar saya bisa mengikuti beberapa workshop dan pelatihan untuk mempersiapkan keterlibatan saya di AHA Taliwang.
Saya pun berangkat ke Yogyakarta. Ini pertama kali saya menginjakkan di kota Gudeg. Saya datang dengan satu niat: mencari ilmu sebanyak-banyaknya, untuk diterapkan kelak di Taliwang, tempat kami akan berjuang. Saya berangkat dari Taliwang, transit 2 hari di Mataram, dan terus melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta. Bus Safari Darma Raya Mataram-Yogyakara yang saya tumpangi berjalan lancar, hingga saya benar-benar sampai di kota pelajar. Walau pertama kali datang ke Jogja, saya tidak perlu bingung-bingung lagi, karena Pak Subhan Afifi sudah datang menjemput.
Hari Rabu, tanggal 19 Mei 2010, saya diajak mengunjungi kampus Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” di Jalan Babarsari. Hati merasa senang dan gembira ketika melihat kampus UPN. Ada nilai lebih yang saya dapatkan dan berbagai pangalaman yang saya rasakan walau baru pertama kali saya lihat. Pak Subhan menawari saya untuk ikut "Workshop Liputan Jurnalistik Antar Budaya" yang kebetulan sedang diadakan Jurusan Komunikasi UPN. Tentu dengan senang hati saya iya-kan. 2 hari saya ikut workshop itu. Sehari untuk teori, dan hari kedua untuk praktek lapangan berupa membuat liputan ke kampung turis di kawasan Mulioboro. "Kelak, keterampilan jurnalistik ini diperlukan untuk mengembangkan AHA Taliwang," kata Pak Subhan memotivasi saya.
Hari ketiga saya di Jogja, saya langsung diajak untuk berkunjung ke SDIT Hidayatullah untuk melihat dan terjun langsung beberapa hari di sana. Saya mencermati perkembangan sekolah yang sekiranya bisa menjadi contoh kelak bila balik ke Taliwang. Ternyata sungguh luar biasa suasana sekolah itu. Bagaimana guru menyambut tamu dan murid di pagi hari, tata kerama warga sekolah hingga keceriaan dan kepatuhan siswa-siswi terhadap peraturan sekolah tanpa tekanan, membuat saya terkesan. Sekolah itu menerapkan kurikulum terpadu berbasis tauhid. Saya lihat siswanya mampu berkomunikasi dengan bahasa inggris yang baik, di tambah lagi dengan hafalan Juz Amma. Itu luar biasa. Sebelum belajar para siswa terlebih dahulu membaca Al-qur’an. Saat waktu shalat Dluha mereka pun tampak antusias, bergantian dan tertib, tanpa di kordinir oleh guru. Ternyata mereka sudah sangat terbiasa. Selama beberapa hari saya menimba ilmu di SDIT Hidayatullah. Diterima dengan baik oleh Kepala Sekolah, Pak Untung, dan segenap guru-guru. Apapun yang saya tanyakan, mereka jawab dengan terbuka dan antusias. Saya sungguh beruntung.
Minggu kedua saya diutus Pak Subhan untuk mengikuti Workshop Penyusunan Kurikulum PAUD yang diselenggarakan oleh TK Bintang Bangsaku. Saya pun berangkat naik kereta api. Alhamdulilah perjalanan lancar, sampai di stasiun Pasar Senen Jakarta. Di sana sudah di jemput juga oleh keluarga Ibu Nani Arifah, juga salah seorang pengurus Yayasan AHA Taliwang yang tinggal di Jakarta. Selama beberapa hari saya mengikuti Workshop yang benar-benar menguras energi dan fikiran. Tugas-tugas yang harus dibuat terkait dengan kurikulum benar-benar menantang buat saya. InsyaAllah ilmu yang saya dapatkan akan sangat bermanfaat untuk AHA Taliwang. Pak Subhan Afifi, sebagai Ketua Departmen Pendidikan AHA Taliwang bilang ke saya bahwa di tahun 2011, Pesantren AHA akan mendirikan PAUD dan TK. Jadi saya harus mempersiapkannya.
Dari Jakarta saya kembali ke Jogja. Meneruskan beberapa program pelatihan, terkait dengan komputer, internet dan manajemen. Saya juga sempat ke Solo, ke rumah Bapak Muchlis Joko Ahmadi, Ketua Departmen Ekonomi dan Usaha Produktif AHA Taliwang. Di sana, saya pun di training beberapa hari terkait kewirausahaan dan kepemimpinan. SubhanAllah..beliau mampu membakar semangat saya untuk berjuang.
Setelah sekitar sebulan berada di Pulau Jawa, sampailah waktunya untuk kembali. Saya pun pulang ke Taliwang untuk menerapkan ilmu yang saya peroleh. Bismillah..InsyaAllah saya siap untuk berjuang menegakkan agama Allah, melalui AHA Taliwang. Bersiap untuk meraih kemulian dengan amal terbaik...ahsanu Amala. (**Firmansyah)
Ternyata, tidak lama setelah lulus, saya mendengar di kampung saya, Telaga Baru Taliwang, telah dirintis sebuah pondok pesantren yang menurut saya konsepnya bagus sekali. Belajar Al-Qur'an dan ilmu dien lainnya, tapi juga mempersiapkan santrinya untuk wirausaha. Saya pun jadi sering bertandang ke lokasi pesantren yang tidak jauh dari rumah saya. Menemui Ustadz Nyarno dan Ustadz Khairul, yang memang jauh-jauh datang dari Jawa untuk merintis pesantren itu.
Suatu pagi saya sedang di pesantren, salah seorang pengurus Yayasan Achmad Hasan Ali, Bapak Subhan Afifi, menelpon saya. Beliau menawarkan kesempatan yang luar biasa, apakah mau bergabung dan berjuang bersama di AHA Taliwang. Tanpa ragu saya katakan Ya..InsyaAllah. Inilah mungkin jalan yang ditunjukkan Allah Ta'ala untuk saya. Seperti yang saya cita-citakan.
Tanpa ragu pula saya nyatakan kesiapan saya untuk langsung meluncur ke Jogja seperti yang diminta Pak Subhan. Agar saya bisa mengikuti beberapa workshop dan pelatihan untuk mempersiapkan keterlibatan saya di AHA Taliwang.
Saya pun berangkat ke Yogyakarta. Ini pertama kali saya menginjakkan di kota Gudeg. Saya datang dengan satu niat: mencari ilmu sebanyak-banyaknya, untuk diterapkan kelak di Taliwang, tempat kami akan berjuang. Saya berangkat dari Taliwang, transit 2 hari di Mataram, dan terus melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta. Bus Safari Darma Raya Mataram-Yogyakara yang saya tumpangi berjalan lancar, hingga saya benar-benar sampai di kota pelajar. Walau pertama kali datang ke Jogja, saya tidak perlu bingung-bingung lagi, karena Pak Subhan Afifi sudah datang menjemput.
Hari Rabu, tanggal 19 Mei 2010, saya diajak mengunjungi kampus Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” di Jalan Babarsari. Hati merasa senang dan gembira ketika melihat kampus UPN. Ada nilai lebih yang saya dapatkan dan berbagai pangalaman yang saya rasakan walau baru pertama kali saya lihat. Pak Subhan menawari saya untuk ikut "Workshop Liputan Jurnalistik Antar Budaya" yang kebetulan sedang diadakan Jurusan Komunikasi UPN. Tentu dengan senang hati saya iya-kan. 2 hari saya ikut workshop itu. Sehari untuk teori, dan hari kedua untuk praktek lapangan berupa membuat liputan ke kampung turis di kawasan Mulioboro. "Kelak, keterampilan jurnalistik ini diperlukan untuk mengembangkan AHA Taliwang," kata Pak Subhan memotivasi saya.
Hari ketiga saya di Jogja, saya langsung diajak untuk berkunjung ke SDIT Hidayatullah untuk melihat dan terjun langsung beberapa hari di sana. Saya mencermati perkembangan sekolah yang sekiranya bisa menjadi contoh kelak bila balik ke Taliwang. Ternyata sungguh luar biasa suasana sekolah itu. Bagaimana guru menyambut tamu dan murid di pagi hari, tata kerama warga sekolah hingga keceriaan dan kepatuhan siswa-siswi terhadap peraturan sekolah tanpa tekanan, membuat saya terkesan. Sekolah itu menerapkan kurikulum terpadu berbasis tauhid. Saya lihat siswanya mampu berkomunikasi dengan bahasa inggris yang baik, di tambah lagi dengan hafalan Juz Amma. Itu luar biasa. Sebelum belajar para siswa terlebih dahulu membaca Al-qur’an. Saat waktu shalat Dluha mereka pun tampak antusias, bergantian dan tertib, tanpa di kordinir oleh guru. Ternyata mereka sudah sangat terbiasa. Selama beberapa hari saya menimba ilmu di SDIT Hidayatullah. Diterima dengan baik oleh Kepala Sekolah, Pak Untung, dan segenap guru-guru. Apapun yang saya tanyakan, mereka jawab dengan terbuka dan antusias. Saya sungguh beruntung.
Minggu kedua saya diutus Pak Subhan untuk mengikuti Workshop Penyusunan Kurikulum PAUD yang diselenggarakan oleh TK Bintang Bangsaku. Saya pun berangkat naik kereta api. Alhamdulilah perjalanan lancar, sampai di stasiun Pasar Senen Jakarta. Di sana sudah di jemput juga oleh keluarga Ibu Nani Arifah, juga salah seorang pengurus Yayasan AHA Taliwang yang tinggal di Jakarta. Selama beberapa hari saya mengikuti Workshop yang benar-benar menguras energi dan fikiran. Tugas-tugas yang harus dibuat terkait dengan kurikulum benar-benar menantang buat saya. InsyaAllah ilmu yang saya dapatkan akan sangat bermanfaat untuk AHA Taliwang. Pak Subhan Afifi, sebagai Ketua Departmen Pendidikan AHA Taliwang bilang ke saya bahwa di tahun 2011, Pesantren AHA akan mendirikan PAUD dan TK. Jadi saya harus mempersiapkannya.
Dari Jakarta saya kembali ke Jogja. Meneruskan beberapa program pelatihan, terkait dengan komputer, internet dan manajemen. Saya juga sempat ke Solo, ke rumah Bapak Muchlis Joko Ahmadi, Ketua Departmen Ekonomi dan Usaha Produktif AHA Taliwang. Di sana, saya pun di training beberapa hari terkait kewirausahaan dan kepemimpinan. SubhanAllah..beliau mampu membakar semangat saya untuk berjuang.
Setelah sekitar sebulan berada di Pulau Jawa, sampailah waktunya untuk kembali. Saya pun pulang ke Taliwang untuk menerapkan ilmu yang saya peroleh. Bismillah..InsyaAllah saya siap untuk berjuang menegakkan agama Allah, melalui AHA Taliwang. Bersiap untuk meraih kemulian dengan amal terbaik...ahsanu Amala. (**Firmansyah)
0 komentar:
Posting Komentar